Minggu, 27 Mei 2012

CANDI LAWANG

Disebut Candi Lawang karena sisa bangunan yang ditemukan saat ini menyerupai sebuah pintu (lawang=Jawa). Pada yang sebenarnya bentuk pintu ini adalah sisa reruntuhan bangunan tubuh candi yang tidak atau belum sempurna terbangun. 
Candi Lawang sebenarnya sebuah “kompleks percandian” yang  terdiri atas sedikitnya 7 bangunan. Ketujuh bangunan yang sudah dapat dikenali adalah satu Bangunan Induk, dua bangunan perwara di kanan dan kiri bangunan induk, serta tiga bangunan di atas satu batur yang berada di depan ketiga bangunan tersebut, dan satu batur reruntuhan candi kecil yang berada di belakang candi utama.
Ciri lain yang dapat ditemukan  adalah arah bangunan induk dan bangunan perwara di kiri dan kanan dan satu bangunan candi kecil belakang candi utama yang  menghadap ke arah barat; sedangkan tiga bangunan di depannya menghadap kearah timur atau berhadapan dengan bangunan utama. Keragaman susunan bangunan kompleks Candi Lawang mengingatkan pada kompleks percandian Prambanan.
Sedang candi yang menghadap ke timur mengingatkan susunan bangunan yang ada di candi Gedong Sanga. Ciri kedunya adalah bangunan induk di apit oleh dua bangunan yang lebih kecil di kiri dan kanan ( seperti Candi Brahma dan Wisnu di Prambanan), serta tiga bangunan lain di depannya (tiga candi kendaraan di candi  Prambanan). Yang membedakan dengan candi Prambanan adalah arah hadap, yaitu Candi Prambanan menghadap ke arah timur, sedangkan Candi Lawang menghadap ke arah Barat. Perbedaan dengan candi Gedong Sanga adalah kemungkinan candi perwara yang ada di hadapan candi Induk terbangun secara terpisah, sedang candi Gedong Sanga menyatu. Perbedaan mendasar lain adalah ukuran kompleks dan bangunannya, Candi Lawang lebih kecil dibandingkan Candi Prambanan, di mana  bahawa pagar kompleks Candi Lawang diduga berukuran 25,70 x 25,70 meter, sedangkan pagar halaman pertama Candi Prambanan berukuran jauh lebih luas.
Seperti candi Prambanan, latar belakang keagamaan kompleks Candi Lawang adalah Hindu, yang antara lain ditunjukkan oleh keberadaan yoni. Dari segi arsitektur, di antara kaki candi dan tubuh candi terdapat profil berupa sisi genta, persegi,bertubuh ramping , dan berpusat di tengah,  yang menunjukkan bahwa bangunan Candi Lawang berlanggam Jawa Tengah. Berdasarkan identifikasi tersebut dan juga bentuk huruf pada prasasti yang ada di pintu masuk candi, bentuk ratna pada kemuncak, serta ragam hias yang ada, diduga kompleks Candi Lawang didirkan pada abad ke-9 Masehi, yaitu pada masa kerajaan Mataram Kuna.
Candi Lawang dibangun di lereng sebuah bukit berdekatan dengan sebuah sungai kecil yang berada di sebelah utara bangunan, walau sungai kecil ini sangat sedikit debit airnya. Sebagai alas fondasi digunakan tatal batu dan kerakal yang masih bisa dilihat saat ini. Di atas alas inilah kemungkinan  fondasi dibangun berupa tiga lapis susunan balok-balok batu yang digarap dengan penghalusan yang belum sempurna pada setiap sisinya. Selanjutnya didirikan kaki candi, tubuh candi, hingga bagian atap candi.
Jika dilihat kondisi bangunan candi sekarang bagian tubuh dan atap bangunan banyakyang hilang batunya atau bahkan memang belum tersusun secara sempournya waktu pembangunannya. Bebeapa komponen bangunan menunjukkan bahwa Candi Lawang belum selesai dibangun. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh beberapa batu penyusun pipi tangga bangunan induk dan bangunan perwara yang belum terukir kala makara atau pun dwara jala  sebagai hiasannya secara sempurna. Selain itu, beberapa hiasan juga menunjukkan belum selesai dikerjakan.
Selain Candi Lawang, di  sekitar situs ada juga yasitus lain  yang diduga semasa dengan masa pembuatan Candi Lawang, yaitu Candi Sari, Patirtan Sumur Pitu (Cabean Kunti), Sumur Songo, dan beberapa bangunan kecil  lainnya. Candi Lawang diperkirakan merupakan bagian dari situs-situs masa Mataram Kuna di lereng timur Merapi dengan ketinggian 932 m dpl.
Keberadaan  Candi Lawang dianggap  ini masih asing oleh sebagian besar masyarakat Boyolali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar